Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes Ri) beberapa waktu lalu mengumumkan jika terdapat varian covid baru yakni Omicron yang mulai merebak di Indonesia. Virus ini merupakan mutasi dari covid-19 dan tidak kalah berbahaya. Hal ini juga merujuk pada peringatan WHO untuk seluruh dunia agar lebih waspada terhadap persebarannya.
Img: Frpck |
Apa itu Virus Omicron?
Omicron dikategorikan sebagai varian virus yang harus diperhatikan atau (VoC). Varian covid baru ini pertama kali ditemukan di negara Afrika Selatan. Virus ini kemudian menyebar sangat cepat ke kesuluruh penjuru dunia. Bahkan di negara asal virus ini, percepatan penyebarannya hingga puluhan ribu perharinya.
Saat ini lebih dari 77 negara dunia dihantui virus mematikan satu ini. Sedangkan di Indonesia, virus ini pertama kali terdeteksi dari seoang warga Indonesia yang baru saja melakukan perjalanan dari luar negeri pada 27 November 2021.
Dari kasus pertama yang terdeteksi, muncul kasus-kasus berikutnya yang kemudian menyebar luas. Hingga saat ini puluhan orang telah dikonfirmasi terjangkit virus berbahaya ini. Beberapa upaya dilakukan termasuk mencegah masuk dan keluarnya warga dalam negeri maupun warga asing.
Gejala Virus Omicron
Banyak pakar kesehatan dunia menyimpulkan jika varian covid baru ini memiliki gejala yang cenderung lebih ringan dari pada covid-a9 namun berimbas besar pada tubuh. Lantas seperti apa gejala virus yang kini tengah menjadi perhatian dunia ini?
Merujuk pada penelitian ahli kesehatan dunia seseorang yang menderita omicron bisa mengalami beberapa gejala seperti sakit kepala, flu, kelelahan, tenggorokan sakit,demam hingga batuk terus-menerus. Bahkan seseorang yang telah melakukan vaksin masih rentan terkena virus ini. Sebab Omicron dapat melemahkan antibody dan menurunkan kekebalan tubuh.
Gejala ringan seperti yang terlah disebutkan tersebut membuat varian covid baru ini sulit terdeteksi. Meski begitu vaksinasi tetap diperlukan untuk meningkatkan imunitas seseorang. Berutungnya, Indonesia menjadi negara yang masuk daftar tingkat vaksinasi tinggi di dunia. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mencegah dari pada mengobati semakin kuat.